Desakan-desakan, tak tahu kemana arah dan tujuan
Kemana harus berjalan jika tak tahu jalan
Tumpukan batu bata setia bardiri tegab.
menemani tidurnya yang tak pernah nyenyak,
“Dari mana aku makan”….?
Tanya sianak culun.
Tumpukan batu bata pencakar langit setia,
menemani tidurnya yang tak pernah nyenyak,
tumpukan kantong plastik berisi sisa makanan
menyambut sarapan pagi si anak culun.
Salatiga, 08 Desember 2007
Rabu, 22 April 2009
Tanya anak-ku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
bang sastrawan,
kayak'e puisi asline luwih dowo tah, kok dikethok harang.
Cempala luwih mudeng (paleng) maksud puisine sik iki dibanding ro puisi sik "yang hanya duduk bersila"
subhanalloh...... dinding dan plastik bisa berbicara..
Posting Komentar